Menganalisis Kebahasaan Teks Cerita Sejarah 3





Kebahasaan Teks Cerita Sejarah

Dalam mengekspresikan gagasannya, pengarang tentu harus menggunakan media bahasa untuk menulis. Saat menulis gagasan, pengarang bisa saja menggunakan sudut pandang yang sama namun bergantung pada kemampuannya. salah satu kemampuan yang patut diperhitungkan dari seorang pengarang adalah kemampuan berbahasa. Oleh karena menulis adalah kegiatan menuangkan ide maka penulis harus mampu mengolah kemampuan berbahasanya agar tulisannya diminati orang. 

Kemampuan berbahasa penulis dapat dilihat dari kepiawaiannya menggunakan unsur kebahasaan berupa kalimat, konjungsi atau kata penghubung, verba atau kata kerja, adjektiva atau kata sifat, dan kosakata bahasa daerah. Kelima unsur kebahasaan inilah yang menjadi ciri kebahasaan dari teks cerita sejarah.

1. Kalimat yang sering digunakan oleh pengarang dalam menulis teks cerita sejarah didominasi oleh kalimat yang menyatakan peristiwa masa lampau. Kalimat ini menyatakan bahwa perbuatan atau peristiwa sudah dilakukan atau sudah pernah terjadi. Contoh, Di masa pemerintahan Hayam Wuruk, Gajah Mada benar-benar menunjukkan kepiawaiannya dalam mempersatukan nusantara.

2. Konjungsi atau kata penghubung yang biasa digunakan dalam teks cerita sejarah adalah konjungsi temporal. Konjungsi temporal ini berfungsi untuk mengurutkan suatu keadaan atau suatu peristiwa secara kronologis. Tujuan penggunaan konjungsi temporal ini adalah agar kalimat yang dituangkan oleh pengarang mudah dipahami maksudnya. Contoh konjungsi temporal adalah sejenak kemudian, sejak, setelah itu, kemudian, dan mula-mula.

3. Kata kerja yang berfungsi menunjukkan kalimat tak langsung acapkali digunakan bahkan mendominasi dalam teks cerita sejarah. Jenis kata kerja yang digunakan adalah kata kerja atau verba aksi, misal tidur, makan, minum, belajar, dan membaca. Penggunaan kata kerja aksi ini dilakukan untuk mendukung sebuah fakta atau peristiwa yang terjadi. Penggunaan kata kerja yang berfungsi menunjukkan kalimat tak langsung bertujuan menceritakan tuturan seorang tokoh dalam sebuah cerita oleh pengarang.

4. Adjektiva atau kata sifat digunakan untuk memperkuat karakter tokoh. selain itu, kata sifat berfungsi untuk menggambarkan suasana dan tempat terjadinya peristiwa. Contoh, Kemakmuran di desa nelayan itu tidak selamanya abadi. Ada saatnya naik dan ada saatnya pula turun bak gelombang pasang yang datang. Sudah dua bulan terakhir angin kencang selalu melanda desa itu. Jika sudah demikian, tidak seorang nelayan pun berani mencari ikan menggunakan perahu, bahkan dengan perahu motor pun tidak berani.

5. Untuk lebih meyakinkan makna yang terkandung dalam suatu narasi atau percakapan, pengarang teks cerita sejarah biasanya masih menggunakan kosakata daerah. Kosakata itu dianggap lebih mengena atau tepat dalam konteks kalimat untuk menyampaikan sebuah gagasan. Misal, gegayuhan, kumaha, nyanda, dan ngapurancang.

Tugas siswa mengenai materi ini dapat diunduh di sini


Comments

Popular posts from this blog

Mengidentifikasi Informasi dlam Teks Editorial 1

Mengidentifikasi Informasi dalam Cerita Sejarah 1

Mengonstruksi Nilai-Nilai dalam Teks Cerita Sejarah 2